WAJIB BACA: Jurus Sakti Oleh – Oleh Nyantri 8 Tahun, Bisa Dipraktekkan Orang Awam!!
Adik saya, Umar Azwir, 8 tahun tinggal, belajar, dan
mengajar di pondok pesantren Ibnu Taimiyyah, Bogor. Bagi Anda sekarang,
mungkin biasa – biasa saja kalau harus tinggal jauh dari keluarga. Namun, bagi
para santri, apalagi yang mulai menyandang status santri dari SMP, bertahan
hingga lulus SMA tentulah bukan hal sepele. Banyak kejadian yang dialami,
banyak pelajaran didapat, dan banyak hikmah dipetik.
Ilustrasi: Santri Beladiri |
Semasa masih di pondok hingga
lepas pulangnya ia dari masa
pengabdian, kami berbincang – bincang, berbagi pengalaman. Mulai dari apa yang
dialami dan dirasa ketika awal-awal menyandang status santri. Mulai cerita hal –
hal kecil hingga hal – hal besar.
Salah satu hal yang diceritakan adalah tentang kejadian di masjid. Masjid adalah
tempat berkumpulnya santri, ustadz, hingga para pegawai pesantren. Setidaknya 5
kali dalam sehari. Dari Subuh sampai Isya. Berkumpulnya ratusan orang di satu
tempat dan di waktu yang sama dengan menanggalkan alas kaki, membuat
sendal-sendal terlepas dari beban yang menimpanya untuk beberapa saat. Dan yang
menarik adalah, tak jarang di saat selesai shalat, para santri kehilangan
sendalnya. Jangankan santri, ustadz, atau bahkan tamu pesantren tercatat pernah
kehilangan sendal. Namun ada yang lebih menarik, terkadang sandal yang hilang
bukanlah sepasang, melainkan hanya sebelah. Ketika hal itu terjadi, maka tak
ada jalan lain selain merelakan kepergian belah yang masih tersisa.
Ilustrasi: Sendal Anti Maling |
Bagi sebagian besar santri, hilangnya sandal adalah hal
biasa. Belum sah jadi santri kalau belum pernah kehilangan sendal. Namun,
muncul pertanyaan, jika orang-orang yang belajar ilmu agama masih bisa “salah”
memakai sendal saat keluar masjid, lantas bagaimana dengan orang awam? Atau,
jika seseorang yang belajar ilmu agama masih “salah” memakai sendal, lantas
ilmunya disimpan dimana?
Namun mari sejenak kita lupakan urusan sendal yang tertukar.
Kini kita fokus pada Jurus Sakti yang ia ceritakan kepada saya. Jurus ini
terungkap ketika kami saling bercerita pengalaman di hari libur. Hal yang rutin
dilakukan para santri adalah kerja bakti membersihkan kamar ataupun kelas.
Diceritakan bahwa salah satu hal yang sudah menjadi rahasia umum para santri
adalah . . . . . . . . . .
Artikel tidak terkait, tapi baca aja:
Tak Semua Gelap Mendamba Terang
Awas!! Jangan Keseringan Nyetir
Keberadaan cermin di kamar mandi memang memudahkan. Namun
seiring berjalannya waktu, cipratan demi cipratan air yang mengenai permukaan,
lama kelamaan meninggalkan noda kusam pada cermin yang tidak bisa dibersihkan
begitu saja. Maka, jurus sakti yang dilakukan para santri adalah mereka
membaluri / mengolesi permukaan cermin itu dengan pasta gigi, menunggunya
beberapa saat, dibilas sambil digosok menggunakan tangan, kemudian dikeringkan.
Hasilnya, silahkan Anda praktekkan. Saya telah mempraktekkannya dan hasilnya
sangat memuaskan. Noda – noda di cermin tersebut lenyap, nyaris tak tersisa.
Jadi, jurus sakti para santri yang dapat Anda gunakan
adalah. . . . . membersihkan cermin menggunakan pasta gigi.
Jika artikel ini Anda rasa bermanfaat, atau ada orang lain
yang membutuhkan ini, silahkan share sebanyak banyaknya..
Selamat Praktek!!
Comments
Post a Comment