Pengalaman Menangani Siswa Kesurupan (Part III - Habis)
Beda dulu, lain sekarang.
Saat menangani siswa jaman SMA dulu, saya hanya menggunakan metode bentakan saja. Itupun mungkin terinspirasi dari hadits yang kurang lebih maknanya Rasulullah pernah meruqyah seorang wanita dan mengatakan "keluarlah wahai musuh Allah.".
Tahun 2015 lalu, kembali saya berhadapan dengan orang yang kerasukan. Kali ini seorang mahasiswi di tempat saya mengajar dulu. Konon katanya, sosok yang berkali kali merasuki mahasiswi ini adalah "penjaga" yang dititipkan oleh leluhurnya dulu.
Karena mendengar cerita dari teman-temannya, akhirnya saya putuskan untuk
ajak ngobrol mahasiswi ini, saya juga bertanya tentang "kebiasaan" kerasukan yang dialaminya. Di tengah tengah obrolan, saya merasa ada yang tidak nyaman di punggung saya, terasa ada hawa panas menjalar. "Kamu ngga nyaman saya tanya tanya tentang ini ya?" tanya saya kepadanya, dan ia pun meng-iya kan. Akhirnya, saya putuskan untuk menyudahi obrolan itu dan saya tinggal ia sendirian di kelas sambil menunggu pelajaran dimulai.
Tak lama kemudian, terdengar isak tangis dari ruang kelas. Ternyata berasal dari mahasiswi yang saya ajak ngobrol tadi. Karena tangisannya semakin keras, dengan bantuan dua orang sahabat yang juga mengatahui kasusnya, saya membawanya ke ruang belakang yang lebih kecil.
Sesampainya di ruang belakang, sang mahasiswi langsung berteriak keras, kemudian ambruk. Tak sampai 1 menit setelah ambruk, ia pun mulai menangis lagi. Setelah membacakan ayat kursi, saya perintahkan "penjaga"nya itu untuk keluar. Memang setelah disuruh keluar, sang mahasiswi tampak tertidur, tidak lagi menangis.
Namun tak lama kemudian, matanya terbuka, merah, dan suaranya pun berubah. Karena saya rasa "ruqyah" saya tidak mempan, akhirnya saya acuhkan dia yang masih melotot. Kedua sahabatnya yang dari tadi memperhatikan juga saya minta untuk acuhkan dia. Sampai akhirnya, ia kembali tertidur, dan tak lama kemudian bangun lagi dan kembali sadar. Pembelajaran kembali berjalan normal, sang mahasiswi juga dipulangkan ke kosannya.
_____________________
Setelah mempelajari tabel vibrasi di pelatihan itu, saya kembali memperhatikan perasaan yang hinggap di benak saya ketika menangani mahasiswi tersebut. Dan saya menyadari, bahwa saat itu saya merasakan takut, sedangkan takut memiliki vibrasi yang rendah.
Jadi, ketika saya membacakan ayat kursi, tidaklah berdampak. Karena saya salah, hanya sekedar membaca di lisan, tanpa diresapi maknanya. Tanpa menyadari, bahwa ayat kursi itu menjelasan ke-Maha Besar, Maha Kuasa-an Allah.
Jika Anda pernah mendengar kisah orang yang kesurupan tidak terpengaruh atau bahkan menirukan saat dibacakan ayat kursi, bisa jadi ada yang salah dari diri peruqyahnya. Seperti saya saat itu. :D
Sebagai penutup, perlu kita sadari bahwa fenomena kerasukan ini tak selalu berhubungan dengan hal hal mistis. Seringkali fenomena kerasukan hanyalah efek psikologis. Untuk itu, saya ingin mengajak Anda semua untuk kembali membaca, memaknai, serta mengimani ayat-ayatnya. Karena, kalaulah iman kita benar, tak ada lagi rasa takut.
Wassalam
Fathur Azwir
28 Januari 2016
Saat menangani siswa jaman SMA dulu, saya hanya menggunakan metode bentakan saja. Itupun mungkin terinspirasi dari hadits yang kurang lebih maknanya Rasulullah pernah meruqyah seorang wanita dan mengatakan "keluarlah wahai musuh Allah.".
Tahun 2015 lalu, kembali saya berhadapan dengan orang yang kerasukan. Kali ini seorang mahasiswi di tempat saya mengajar dulu. Konon katanya, sosok yang berkali kali merasuki mahasiswi ini adalah "penjaga" yang dititipkan oleh leluhurnya dulu.
Ilustrasi Ruqyah |
ajak ngobrol mahasiswi ini, saya juga bertanya tentang "kebiasaan" kerasukan yang dialaminya. Di tengah tengah obrolan, saya merasa ada yang tidak nyaman di punggung saya, terasa ada hawa panas menjalar. "Kamu ngga nyaman saya tanya tanya tentang ini ya?" tanya saya kepadanya, dan ia pun meng-iya kan. Akhirnya, saya putuskan untuk menyudahi obrolan itu dan saya tinggal ia sendirian di kelas sambil menunggu pelajaran dimulai.
Tak lama kemudian, terdengar isak tangis dari ruang kelas. Ternyata berasal dari mahasiswi yang saya ajak ngobrol tadi. Karena tangisannya semakin keras, dengan bantuan dua orang sahabat yang juga mengatahui kasusnya, saya membawanya ke ruang belakang yang lebih kecil.
Sesampainya di ruang belakang, sang mahasiswi langsung berteriak keras, kemudian ambruk. Tak sampai 1 menit setelah ambruk, ia pun mulai menangis lagi. Setelah membacakan ayat kursi, saya perintahkan "penjaga"nya itu untuk keluar. Memang setelah disuruh keluar, sang mahasiswi tampak tertidur, tidak lagi menangis.
Namun tak lama kemudian, matanya terbuka, merah, dan suaranya pun berubah. Karena saya rasa "ruqyah" saya tidak mempan, akhirnya saya acuhkan dia yang masih melotot. Kedua sahabatnya yang dari tadi memperhatikan juga saya minta untuk acuhkan dia. Sampai akhirnya, ia kembali tertidur, dan tak lama kemudian bangun lagi dan kembali sadar. Pembelajaran kembali berjalan normal, sang mahasiswi juga dipulangkan ke kosannya.
_____________________
Setelah mempelajari tabel vibrasi di pelatihan itu, saya kembali memperhatikan perasaan yang hinggap di benak saya ketika menangani mahasiswi tersebut. Dan saya menyadari, bahwa saat itu saya merasakan takut, sedangkan takut memiliki vibrasi yang rendah.
Jadi, ketika saya membacakan ayat kursi, tidaklah berdampak. Karena saya salah, hanya sekedar membaca di lisan, tanpa diresapi maknanya. Tanpa menyadari, bahwa ayat kursi itu menjelasan ke-Maha Besar, Maha Kuasa-an Allah.
Jika Anda pernah mendengar kisah orang yang kesurupan tidak terpengaruh atau bahkan menirukan saat dibacakan ayat kursi, bisa jadi ada yang salah dari diri peruqyahnya. Seperti saya saat itu. :D
Sebagai penutup, perlu kita sadari bahwa fenomena kerasukan ini tak selalu berhubungan dengan hal hal mistis. Seringkali fenomena kerasukan hanyalah efek psikologis. Untuk itu, saya ingin mengajak Anda semua untuk kembali membaca, memaknai, serta mengimani ayat-ayatnya. Karena, kalaulah iman kita benar, tak ada lagi rasa takut.
Wassalam
Fathur Azwir
28 Januari 2016
Comments
Post a Comment