Kisah Tragis Sang Penasihat

Kisah Tragis Sang Penasihat

Perkenalkan, nama saya Bunga, bukan nama sebenarnya.
Oh maaf, saya pilih nama samaran sebagai Bambang saja.
Atau, siapapun itu, berikan saya nama, sesuai kehendak Anda.
Atau, berikan saya nama, seperti nama Anda.

Saya memiliki kehidupan yang istimewa, karena berbeda dari kehidupan orang – orang di sekitar saya.
Orang – orang di sekitar saya sudah menikah dan memiliki anak, dan saya masih jomblo. Maka saya istimewa.
Jika Anda juga jomblo, berbahagialah bahwa Anda juga istimewa.



Saya adalah seorang penasihat. Namun bukan penasihat hukum, juga bukan penasihat spiritual. Saya adalah penasihat rumah tangga.
Anda mungkin heran, siapa yang akan mendengarkan nasihat rumah tangga dari saya. Jawabannya adalah, saya sendiri. *derpface*

Namun begitulah kenyataannya, setidaknya saya memberikan nasihat bagi diri saya sendiri. Karena tak jarang, orang sulit untuk menerima nasihat.
Contohnya adalah Anda. . . . Anda sangat sulit untuk menerima nasihat...
Maka dari itu, saya nasihatkan Anda untuk mulai belajar legowo menerima nasihat...

Oh, maaf. Anda tidak merasa sulit menerima nasihat?
Kalau begitu, saya akan mencontohkan orang lain. Yaitu diri saya sendiri.


Saya, seringkali tergoda, jika melihat ada hal yang tidak sesuai dengan “kebenaran” dalam benak saya.
Saya, seringkali tergoda, untuk segera menyanggah hal hal yang saya anggap tidak benar.
Saya, seringkali tergoda, untuk segera menasehati seseorang agar mengikuti kebenaran menurut saya.
Seringkali saya beranggapan, nasihat itu pasti baik dalam setiap keadaan.
Sayapun berdalil, bahwa agama adalah nasihat. Maka saya akan menasihati siapapun yang saya mau.

Namun, sesaat sebelum saya mulai menasehati. Saya teringat. Bahwa seringkali saya tidak nyaman ketika mendapat nasihat.
Saya tidak suka, diberikan nasihat oleh orang yang tidak saya kenal.
Saya tidak suka, diberikan nasihat oleh orang yang tidak mengerti  keadaan saya.
Saya tidak suka, diberikan nasihat di hadapan kawan kawan saya
Saya tidak suka, diberikan nasihat secara tiba tiba

Sering saya bergumam dalam hati
Wahai penasihat, tutuplah mulut Anda.
Wahai penasihat, tahan nasihat Anda.
Wahai penasihat, mengertilah keadaan saya terlebih dahulu.
Wahai penasihat, buktikan dulu ucapan Anda agar saya percaya.
Wahai penasihat, janganlah Anda memaksa. Mungkin jalan kita memang tak sama.
Wahai penasihat, luruskan niat Anda. Agar Anda tak sakit hati ketika nasihat Anda tidak diterima.


Mulai saat itu, saya belajar.
Bahwa tak selama nasihat itu berdampak baik.
Mungkin isi nasihat itu baik, namun cara penyampaiannya membuat hati tidak berkenan.

Mulai saat itu, saya memutuskan.
Agar pilah pilih cara, waktu, serta keadaan, sebelum memberikan nasihat.

Wahai sahabat, berikanlah saya nasihat.

Fathur Azwir
30 Januari 2016

Comments

Popular posts from this blog

Alasan Kenapa Pakaian / Jemuran Bayi Harus Diangkat Sebelum Maghrib

Pengalaman Menangani Siswa Kesurupan (Part II)

Pengalaman Menangani Siswa Kesurupan (Part III - Habis)