Tips Instant Ga Jadi Marah (Part III)



Setelah sebelumnya menulis Tips Instant Ga Jadi Marah Part I dan Part II, kali ini izinkan saya berbagi satu tips lagi untuk mengatasi gejolak emosi yang kadang tak terkendali.

Hari Senin lalu, saya kembali berkunjung ke percetakan untuk mengambil pesanan yang sudah saya masukkan di hari sabtu.

“Mas, mau ambil cetakan saya. Ini notanya.”
“Waah, maaf mas. Pesanannya belum jadi.” 
“Looh, kok gitu?” *mulai jengkel*
“Iya mas, saya cek ke bagian produksi dulu.” 
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 
“Mas, mesin cetaknya sekarang lagi bermasalah. Ada yang nyangkut. Sekarang lagi dibongkar.” 
“Hah?! Berapa lama lagi mas?”  
“Kurang tau mas. Sekarang lagi dibongkar.” 
source: pinterest.com


Saya pun meninggalkan counter tempat pengambilan pesanan itu, dan duduk di kursi tunggu sembari khusyu’ mengamati rasa jengkel yang muncul dan juga nafas.

Rasa jengkel itu tetap masih ada. Dan saya pun mengambil buku catatan. Saya tumpahkan apa yang saya rasakan ke dalam buku itu dengan tulisan yang kecil. Sesaat setelah menuliskan beberapa kata pertama, rasa jengkel itu pun jauuh berkurang. Langsung luntur. 

Saya pun tetap asyik melanjutkan tulisan. Tidak lagi melampiaskan apa yang saya rasa, malah saya menuliskan hikmah dan juga perbaikan apa yang harus saya lakukan.
Saya pun menuliskan diskusi dalam diri saya, bertanya tanya, kepada siapa sebenarnya saya marah. Marah pada keadaan kah? Atau marah kepada diri sendiri? Ditanya terus, semakin detail, hingga dapatlah kesimpulan apa yang perlu diperbaiki.

Setelah selesai, segera saya tutup buku tulis itu. Dan mengalihkan perhatian ke tempat lain.
Tak sampai 15 menit setelah menutup buku, nama saya pun dipanggil. Dan cetakan saya sudah selesai.


Ah, hidup ini memang indah. Kejadian yang terkesan "keberuntungan" itu bukanlah hal yang ajaib, bila kita memahami polanya. Segala sesuatu yang terjadi di sekitar, tetaplah kita mempunyai peran dalam kejadian itu. Antara apa yang di dalam diri, dan apa yang di luar diri, sangatlah saling terkait. Jika yang di luar tampak tidak beres, coba kembali cek bagaimana keadaan yang di dalam.

Yang saya lakukan saat kejadian tersebut adalah menyadari, bahwa saya memiliki peran atas apa yang terjadi. Memang kondisi mesin yang bermasalah itu adalah faktor luar. Namun jika saya tidak memutuskan datang di hari senin itu, bisa jadi saya tidak “kena jatah masalah” itu. Sehingga, sayapun kembali tersadar, tidak ada gunanya marah marah.
Namun, rasa jengkel itu sudah terlanjur ada. Maka yang saya lakukan adalah menyalurkannya dengan cara yang tidak menyakiti siapapun. Sayapun bertanya kepada diri saya yang marah itu, berdiskusi hingga terciptalah sebuah kesimpulan apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini. Setelah itu selesai, hilanglah rasa jengkel itu.

Ketika rasa jengkel itu hilang, berubah lah rasa di dalam diri. Ketika rasa berubah, berubah pula sinyal yang saya pancarkan ke alam semesta. Dan alam semesta pun merespon perubahan yang kita pancarkan. Karena rasa itu, doa.

Fathur Azwir

05 Mei 2016

Comments

Popular posts from this blog

Alasan Kenapa Pakaian / Jemuran Bayi Harus Diangkat Sebelum Maghrib

Pengalaman Menangani Siswa Kesurupan (Part II)

Pengalaman Menangani Siswa Kesurupan (Part III - Habis)