Sang Penasihat
By: Fathur Azwir
Alih-alih mendatangkan manfaat, sebuah nasihat malah bisa jadi pemicu rusaknya hubungan pertemanan.
Alih-alih mendatangkan manfaat, sebuah nasihat malah bisa jadi pemicu rusaknya hubungan pertemanan.
Dia yang dulu fun, tiba-tiba jadi tukang ceramah. Memberi nasehat sana sini, kapan pun dimanapun. Bagaimana pendapat Anda tentang orang seperti ini? Membosankan? Menyebalkan?
Sudahkah kita sadar, biasanya orang curhat bukan untuk mendengar nasehat. Ia hanya ingin didengarkan. That's all.
Terkadang wanita menangis, tapi sebenarnya ia tidak membutuhkan nasihat kala itu. Ia sedang menunggu sang suami datang dan memeluknya.
Di lain waktu, genggaman tangan yang disertai pandangan yang lembut jauh lebih menguatkan daripada kalimat "sabar ya."
Well, saya tidak menyalahkan orang yang memberi nasehat. Toh dalam Al-Quran kita memang diperintahkan untuk saling menasehati. Saling menasehati juga disabdakan Rasul saw sebagai hak sesama muslim.
Tapi, alangkah baiknya jika kita menasehati dengan cara yang tepat, di waktu yang tepat. Termasuk, pemilihan kata yang digunakan.
Sebagai contoh, ada sebagian orang yang sangat sensitif perasaannya, apalagi ketika datang masalah.
Jika saat itu kita menyarankan dia dengan kalimat "minta maaf sana", bisa jadi dia akan merasa digurui kemudian mencari pembenaran dengan bilang "kamu ga tau keadaanku", dsb, sehingga tujuan memberikan manfaat tidak tercapai.
Namun, kalau kita menggantinya dengan kalimat "semoga, setelah kamu minta maaf & menjelaskan kepadanya, dia bisa memaafkan dan memahami kamu." , alih alih dia merasa digurui, dia akan merasa diperhatikan, dan berterima kasih atas doa kita.
See?? Bagaimana dampak kalimat bekerja??
So, yuk belajar berkomunikasi dengan lebih anggun.
Comments
Post a Comment