Tuhan Korban Pencitraan by Fathur Azwir

Tuhan Korban Pencitraan


Beberapa waktu lalu, jagat berita nasional maupun media sosial banyak tersebut kata pencitraan. Banyak yang beranggapan bahwa salah satu pasangan capres dan cawapres banyak melakukan pencitraan dengan melakukan blusukan. Terlepas dari benar atau tidaknya pendapat tersebut, toh kenyataannya pasangan tersebut kini terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, citra berarti “rupa; gambar; gambaran”. Dan iklan di televisi, Citra adalah salah satu merek body lotion. Tapi mohon maaf, saya menggunakan lotion Nature-E. Ga penting lotion apa yang saya pakai, kita balik lagi ke topik pembahasan. :D

Saya tidak tahu pendapat Anda, namun yang saya tangkap banyak orang yang menganggap pencitraan adalah sebagai hal yang kurang baik. Kalau saya sendiri, antara iya dan ngga setuju.

Kenapa iya? Jika pencitraan diartikan sebagai proses yang dilakukan secara sadar yang mengupayakan agar  khalayak mengganggap bagus citra seseorang ataupun sebuah brand sedangkan kenyataannya adalah tidak sebagus itu, maka saya setuju pencitraan tidak bagus. Karena masyarakat yang menjadi korban.

Namun jika sebaliknya, ada seorang “mantan penjahat” yang sedang berada dalam proses “hijrah”, dia sedang berusaha untuk berubah dari kehidupannya di masa lalu dengan berbagai cara, termasuk berkumpul dengan orang – orang yang baik, berusaha mengatakan hal – hal yang baik baik, dan mencitrakan dirinya menjadi orang baik, maka sayapun setuju untuk mengatakan pencitraan seperti ini adalah baik.

Eits, tunggu sebentar. Kita ga perlu deh ngomongin orang lain. Mari kita lihat media sosial kita masing – masing. Kalau saya, termasuk orang yang tidak semua foto saya posting di socmed, dan tidak semua fikiran yang terlintas di fikiran saya saya tuliskan dalam kolom “apa yang Anda fikirkan” di fb. Saya hanya memposting dan memilih beberapa foto yang tampak “layak publish” yang saya publish. Dan memilih hal – hal yang bermanfaat yang saya bagikan di kolom status. Jika Anda kurang lebih melakukan hal yang sama, maka mohon maaf saya sampaikan, Anda sedang melakukan pencitraan. :p



Dan kabar baiknya, kemampuan kita tidak terbatas pada menciptakan citra baik untuk manusia saja, kita pun bisa melakukan pencitraan di hadapanNya.

Dalam suatu kesempatan, Rasulullah Muhammad telah menyampaikan kabar gembira ini kepada kita, beliau bersabda:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
Rasul Saw. bersabda : “Hendaklah kalian semua menjadi jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu akan membawa kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan itu akan menyampaikan kalian ke syurga. Bialamana seseorang itu jujur dan terus menerus jujur, maka Allah mencatatnya sebagai seorang yang jujur. Dan sekali-kali jangan kalian berbohong, karena sesungguhnya kebohongan itu menggiring kalian kepada berbagai kejahatan (dosa) dan sesungguhnya berbagai kejahatan itu akan menggiring kalian ke neraka. Bilamana seseorang itu berbohon dan terus menerus berbohong, maka Allah akan mencatatnya sebagai pembohong. (HR. Bukhari dan Muslim)
Yep, betul. Dalam hadits diatas dijelaskan bahwa masing masing kita akan dicatat dengan amalan amalan yang secara terus menerus kita lakukan. entah, mungkin di awalnya kita terpaksa, namun mudah mudahan kita akan terbiasa untuk benar benar menjadi orang yang baik.

Sekali lagi saya setuju pada pencitraan yang jujur. Pencitraan yang mencerminkan hati kita yang sesungguhnya. Pencitraan yang mencitrakan bahwa kita sedang berada dalam proses perbaikan.

Jadi, Anda ingin tercitra di hadapanNya sebagai apa?

Comments

Popular posts from this blog

Alasan Kenapa Pakaian / Jemuran Bayi Harus Diangkat Sebelum Maghrib

Pengalaman Menangani Siswa Kesurupan (Part II)

Pengalaman Menangani Siswa Kesurupan (Part III - Habis)