AWAS, JANGAN KESERINGAN NYETIR!!!

Saya suka nyetir, dimulai dari jaman SMP dulu, dengan mendesak sepupu saya, akhirnya saya bisa mengendarai mobil.

Latihan itu berjalan singkat, dan saya harus kembali ke Solo yang notabene tidak ada mobil untuk dijadikan alat latihan.

Namun keinginan untuk bisa lancar nyetir tidaklah padam, saya belajar dengan memperhatikan supir angkot yang saya tumpangi sambil membayangkan saya juga sedang mengemudikan mobil.

Aktifitas itu berjalan lama, hingga akhirnya saya lulus STM dan mendapat pekerjaan di salah satu proyek konstruksi di Jakarta pada akhir 2008.

Karena memang suka, saya sering menjadi ‘supir dadakan’ di kantor saya. Mulai dari mobil pick-up, SUV, MPV, truck tronton, excavator & buldozer pun pernah saya kuasai kemudinya. Bahkan, ketika di Qatar pun saya sampai membuat SIM agar bisa tetap nyupir.

Hingga pada suatu sore, saya mendapatkan tumpangan di mobil guru saya, beliau memang menggunakan jasa driver pribadi, jadinya saya juga duduk tenang di kursi penumpang.

Saat itu mobil melaju di jalan yang juga sering saya lalui, saya melihat kiri dan kanan, ternyata banyak hal yang tidak saya sadari keberadaannya walaupun saya berkali kali melewati jalan itu.


Oh God, akhirnya saya menyadari. Ternyata selama ini saya terlalu asyik menjadi ‘supir’ yang hanya fokus pada jalan dan menghindari lubang yang menghalang. Sehingga, saya tidak sempat memperhatikan keadaan sekitar.
Ternyata begitu juga dengan bisnis, banyak pelaku bisnis yang biasanya terlalu asyik menjadi ‘supir’ di bisnisnya sendiri. Ia lupa untuk melihat ke kiri dan kanan, siapa tahu ada peluang untuk membesarkan usahanya yang terlewat ketika ia terlalu sibuk menyupir.

Bisa jadi dia terlalu sibuk memproduksi kue di tempat yang ia bilang sebagai “bisnis kue”
Bisa jadi dia terlalu sibuk mencukur rambut pelanggan di tempat yang ia bilang sebagai “bisnis salon”
Bisa jadi dia terlalu sibuk memasak di tempat yang ia bilang sebagai “bisnis restoran”

Oh God, ternyata banyak yang melupakan salah satu seni kepemimpinan yang disebut ‘Delegasi’. Dengan mendelegasikan tugas-tugas teknis, kita mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk berfikir strategis.

Ternyata, selama ini saya juga belum betul-betul memahami salah satu janji mahasiswa yea indonesia “Konsisten dalam berusaha, dengan tetap berfikir strategis.”

Jadi, perlu diingat sekali lagi,

TIDAK PERLU MENJADI BANCI UNTUK MEMBUKA SALON.

Comments

Popular posts from this blog

Alasan Kenapa Pakaian / Jemuran Bayi Harus Diangkat Sebelum Maghrib

Pengalaman Menangani Siswa Kesurupan (Part II)

Pengalaman Menangani Siswa Kesurupan (Part III - Habis)